1. Albertus Magnus
Disamping sebagai biarawan Albertus Magnus juga dikenal sebagai cindekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert Vont Bollsedt yang juga di kenal sebagai “ Doktor Universalis “ dan “ Doktor Magnus”, kemudian bernama Albertus Magnus ( Albert the Great ). Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyid dalam menulistentang Aristoteles dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan kimia.
2. Thomas Aquinas
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli fakir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan kebenaran di ungkapkan dengan jalan yang berbeda – beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran.
3. William Ockham
Ia meruapkan ahli piker inggris yang beraliran Skolastik. Karma terlibat pertengkaran umumdengan Paus Jhon XXII, ia dipenjara di
4. Nicolas Cusasus
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi.
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda – benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendpatkan bentuk – bentuk pengertianyang abstrak berdasar pada sajian atau tanggapan indra. Dengan intuisi kita akan mendapatkan pengetauan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat diperstukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karna keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan inttuisi inilah diharapkan akan samapai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
5. Peter Abaelardus
Ia dilahirkan di Le Paller, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangan sangat tajam sehigga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sjalan dengan iman, Abaelardus memberikan alas an bhwa berpikir itu berada diluar iman ( diluar kepercayaan ). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdasar yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu – ragu dalam teologi, yaitu teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti – bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, sepertikan ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti – bukti, termasuk bukti dalam wahyu tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar